Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Kala Timnas U-19 "Pecundangi" Seniornya

Euforia Timnas u-19 Usai Lolos ke Putaran Final AFC CUP U-19 2014. Timnas U-19 menjadi primadona sepanjang 2013 ini. Dua prestasi mentereng mampu ditorehkan oleh para pemain asuhan Indra Sjafri itu. Mulai dari menjuarai Piala AFF hingga lolos ke kualifikasi Piala Asia 2014, Myanmar, dengan catatan 100 persen kemenangan, termasuk mengalahkan juara bertahan, Korea Selatan. Pesona Timnas U-19 nyatanya mampu mengalahkan pamor dari para seniornya. Di saat yang bersamaan Timnas senior juga berjuang untuk bisa mencatatkan prestasi terbaik di level internasional melalui ajang kualifikasi Piala Asia 2015, Australia. Namun, prestasi mereka tidak sebagus junior-juniornya itu. Alih-alih untuk bisa lolos, Pasukan Merah Putih justru terbenam di sepanjang putaran grup. Hingga partai ke-5 di Grup C, Indonesia hanya mampu mendulang 1 poin. Mereka kalah dari Arab Saudi di kandang, lalu seri dan takluk dari China di kandang dan tandang, serta dua kali kalah dari Iran.  Satu laga ter...

Keengganan Mengubah Taktik yang Berujung Kekalahan Indonesia

Wajah kekecewaan pungawa Garuda muda  Meski telah mempelajari taktik Thailand saat membenamkan Timor Leste, Rahmad Darmawan tetap tak mampu menghentikan musuhnya. Salah komunikasi di lini belakang dan telat melakukan perubahan formasi membuat Indonesia harus menelan pil pahit, menyerah 1-4 di tangah Thailand. Mengulang Kesalahan Rahmad Darmawan tampaknya tak belajar dari pengalaman Timor Leste saat digasak Thailand 1-3 di laga perdana SEA Games. Selain karena sama-sama kemasukan gol di menit-menit awal, proses gol pertama Thailand ke gawang Timor Leste pun hampir mirip dengan gol pertama Thailand ke gawang Kurnia Meiga. Gol cepat yang dibuat Thailand ke gawang Indonesia dan Timor Leste sama-sama didahului skema kerja sama antara Adisak Kraisorn (penyerang) dan Kroerit Thawikan (sayap kiri). Pada gol pertama, Adisak cenderung lebih mundur ke tengah mendekat kepada Thawikan. Kerja sama dua pemain ini di sayap kiri lalu menciptakan ruang kosong di depan gawang lawan, yang la...

Tragedi Maracanazo

Gol Aldides yang membungkam publik Brazil. Setiap kemenangan mengenakan kostum kuning tim nasional, Brasil tidak pernah bisa melepaskan bayang-bayang masa lalu bila berhadapan dengan Uruguay. Bagi Brasil, kenangan pahit 63 tahun lalu yang sampai sekarang masih sulit dilupakan. Pada Piala Dunia 1950, tuan rumah Brasil bertekad untuk memanfaatkan momen tersebut bagi kebangkitan sepak bola mereka di stadion super megah Maracana. Stadion berkapasitas 200.000 penonton dan merupakan yang terbesar di dunia itu justru menjadi saksi bisa kekalahan menyakitkan tuan rumah Brasil yang dikenal dengan sebutan `Maracanazo` (Tragedi Maracana). Dimotori pemain bintang Zizinho, Brasil hanya butuh hasil imbang untuk menjadi juara Piala Dunia untuk pertama kalinya pada pertandingan yang berlangsung di Stadion Maracana yang baru dibangun. Pada 16 Juli, yaitu hari pertandingan, surat kabar O Mundo dengan penuh keyakinan secara mencolok memilih judul di halaman depan "INILAH JUARA DUNIA!", ...